Menjadi generasi emas tidaklah sekedar bualan. Generasi emas bukan hanya dia yang mempunyai pola fikir yang cemerlang dan super. Generasi emas bukan hanya dia yang melakukan kritik berkelanjutan. Generasi emas bukan pula dia yang pandai mengemukakan ide-ide briliant, dan bukan pula generasi yang hanya memanfaatkan keunggulan bangsa nya sendiri.
Dewasa ini, tidak sedikit generasi muda yang mendedikasikan dirinya untuk negeri tercinta. Dimulai dari melakukan satuan aksi, demontrasi sampai birokrasipun telah dilakukan. Tapi, apakah mereka bisa disebut generasi emas?
“Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya,
berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)
Jika kita berfikir dengan logika, mustahil seribu orangtua bisa mencabut semeru dari akarnya dan mustahil pula sepuluh orang pemuda bisa mengguncangkan dunia. Kata-kata seorang fouding father ini merupakan satuan semangat yang memotivasi para pemuda. Saya mengartikan, pemuda yang dimakusud disini adalah para pemuda yang benar-benar bersungguh-sungguh dalam artian untuk memajukan negara kesatuan Republik Indonesia kedepannya.
Presiden Soekarno berusaha menepis pandangan bangsa Indonesia yang selama ini minder dengan bangsa asing. Karena sejatinya, minder inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia sulit untuk maju dan masih tertinggal dengan bangsa lain. Presiden Soekarno memotivasi rakyatnya untuk mencintai negerinya sendiri. Sejatinya, bangsa Indonesia bisa menjadi negara yang begitu berhasil, makmur, maju dan mewujudkan cita-cita nasional, tapi permasalahan utama nya adalah kemauan maju dan praktik nyata serta rasa bersungguh-sungguh dari bangsa Indonesia masih cukup minim.
Bagaimana cara membuat kita bangkit?